Erwando Abadi berhasil menarik perhatian khususnya generasi muda di bidang wisata gastronomi dengan inovasi yang diciptakannya yaitu Perjamuan Rahasia. Dengan berbekal keahliannya sebagai peracik minuman herbal dan rempah serta pengetahuan di bidang arkeologi, sosok yang akrab disapa Wando ini mampu menghasilkan inovasi yang menghasilkan suatu fine dining set di lokasi warisan budaya seperti Candi Prambanan. Di sisi lain, banyak pegiat konten yang turut mengantre dalam memesan paket yang dibuat Wando hingga hal ini menjadi keuntungan baginya untuk menaikan eksistensi dari inovasi yang sudah dibuatnya.
Fine dining set yang dibuatnya tersebut memuat makanan pembuka, inti, dan penutup dengan beragam menu olahan yang diraciknya dengan mengadopsi relief di Candi Prambanan. Selain itu, Wando turut memberikan edukasi kepada para tamu yang mengikuti Perjamuan Rahasia agar lebih mengenal makanan khas Nusantara.
“Ada Pondok Sawung yaitu ujung dari kelapa dan ayam yang merupakan representasi dari banyaknya peternakan ayam di sekitaran Prambanan. Kemudian, ada juga Daging Kendhil yang dari Serat Centhini, makanan raja-raja. Ada juga beras merah yang merupakan awalan perdagangan dari bangsa Tionghoa. Kemudian ada urap yang kita ambil dari sekitaran Sungai Opak yang merupakan representasi dari vegetasi di sekitar situ. Ada juga kolak, pohon aren kita ambil dan kolang-kaling sebagai isian, pisang juga. Nah, perubahan-perubahan pada pisang itu juga kita jelaskan yang kita cari seperti apa,” papar Wando.
Sehari-harinya, Wando turut melakukan penelitian di bidang kuliner Nusantara dan turut menjalankan resto kuliner Nusantara yaitu Loka Nusa dengan mengadakan konsep tematik pada menu yang disajikan. Di sisi lain, beragam produk racikan Wando yang dapat dinikmati adalah jamu serta sirup, serbuk, permen olahan rempah.
“Pesan untuk adik-adik di Departemen Arkeologi perbanyak bermain, berjalan-jalan, berelasi, berkoneksi, mencoba hal baru, berani berkembang untuk diri sendiri tanpa takut besok ke depannya mau jadi seperti apa. Semua dilakukan secara mandiri, lagi pula saat ini juga banyak teman-teman yang bisa berdiri sendiri,” papar Wando.
Selain itu, Wando juga menambahkan pesan untuk Departemen Arkeologi untuk terus menambah pengalaman bagi mahasiswa tidak hanya dari segi akademis tetapi juga konektivitas.
Penulis: Febriska Noor Fitriana
Gambar: Febriska Noor Fitriana
Editor: Sektiadi